Embun
tipis menetes dibagasi
Mulai ku lukis canda tawamu di goresan pena
Canda yang selalu mengingatkanku
Canda yang ku kira itu sebuah kebiasaan
Tapi kini berubah menjadi kerinduan
Tak dapat ku menyentuhmu
Tak dapat ku melihatmu
Tapi dapat aku merasakan
Itulah alasan sampai kini ku bertahan
Meski bagimu selamanya terlupakan
Biarlah engkau tetap seperti angin
Tangisku tak kan tersentuh jemarimu
Atau sebuah permata yang indah
Meski kenyataannya tak dapat ku miliki
Aku percaya suatu saat nanti
Sosok sepertimu yang lain akan datang
Meski berbeda rupa....
Aku yakin itu yang terbaik
Lalu hanya kita berdua penuh cerita
Berdiri di padang rerumputan hijau luas
Perlahan kau dekap lembut tubuhku
Semakin erat,....
Hingga bibirmu terucap
“Aku bisa merasakan detak jantungmu”
Embun tipis menetes dibagasi
Perlahan mengering tak berbekas
Tergantikan cahaya menyilaukan mata
Yang menyadarkanku dari angan tentangmu
Mulai ku lukis canda tawamu di goresan pena
Canda yang selalu mengingatkanku
Canda yang ku kira itu sebuah kebiasaan
Tapi kini berubah menjadi kerinduan
Tak dapat ku menyentuhmu
Tak dapat ku melihatmu
Tapi dapat aku merasakan
Itulah alasan sampai kini ku bertahan
Meski bagimu selamanya terlupakan
Biarlah engkau tetap seperti angin
Tangisku tak kan tersentuh jemarimu
Atau sebuah permata yang indah
Meski kenyataannya tak dapat ku miliki
Aku percaya suatu saat nanti
Sosok sepertimu yang lain akan datang
Meski berbeda rupa....
Aku yakin itu yang terbaik
Lalu hanya kita berdua penuh cerita
Berdiri di padang rerumputan hijau luas
Perlahan kau dekap lembut tubuhku
Semakin erat,....
Hingga bibirmu terucap
“Aku bisa merasakan detak jantungmu”
Embun tipis menetes dibagasi
Perlahan mengering tak berbekas
Tergantikan cahaya menyilaukan mata
Yang menyadarkanku dari angan tentangmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar